Kehidupan Jin Sama dengan Manusia Loh! Ada Cinta dan Benci
Abadikini.com – Terakit tentang kehidupan jin tidak ada yang tahu bagaiamanakah sesungguhnya cara hidup dan kehidupan mereka melainkan jika kita bertanya langsung kepada bangsa jin itu sendiri. Demikianlah tentang bagaimananakah cara mereka menjalani pernikahan, mempunyai anak, bagaimanakah cara makan mereka, hidup mereka, ibadah mereka dan lain sebagainya.
Kesimpulannya jika ingin mengetahui bagaimanakah mereka sesungguhnya maka bertanya dan meminta rincian penjelasan sangat singkronlah jika jawaban ini dijawab langsung dari bangsa mereka sendiri, yaitu dari bangsa jin.
Dan sekarang pertanyaan yang lebih khususnya adalah, bagaimanakah cara jin menikah ? apakah model pernikahan mereka sama sepertimana nikahnya golongan manusia ?, bagaimankah cara jin bersenggama dengan pasangannya atau bagaimanakah sesungguhnya perkawinan mereka ?
Penjelasan yang kami bawa ini adalah bersumber dari sebuah buku yang berjudul “Dialog dengan Jin Muslim”, sebuah buku hasil wawancara langsung oleh sang pengarang buku, Muhammad Isa Daud dengan jin muslim yang berasal dari india bernama Musthafa setelah awalnya ia masuk islam.
Dalam buku tersebut dijelaskan sebagai berikut.
Kehidupan jin sangat mirip dengan kehidupan alamiah manusia; ada cinta dan benci, mereka juga memiliki sebuah bentuk kesepakatan ataupun perselisihan, kasih sayang dan permusuhan. Tentang perasaan gembira yang ada di kalangan mereka, fenomena dan kebiasaannya berbeda satu sama lain, bahkan dalam hal kewajiban kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, keluarga yang satu dengan keluarga yang lain, kota yang satu dengan kota yang lain, dan negara yang satu dengan negara lainnya, semua hampir persis sama sepertimana persamaan dan perbedaan yang juga terjadi pada manusia.
Demikianlah gambaran persetubuhan antara jin laki-laki dengan jin perempuan juga seperti manusia. Tetapi hal itu terjadi sesuai dengan sosok tubuh mereka yang lazimnya kecil. Jin laki-laki bisa mencapai orgasme, mempunyai sperma, birahi dan keinginan untuk bersetubuh, kerinduan dan keasyikan, perasaan dan emosi. Dalam aspek ini, mereka nyaris tidak berbeda sama sekali dengan manusia.
Berkenaan dengan hal ini Isa Daud bertanya langusng kepada jin muslim tersebut, jin itu berkata :
“Malam pengantin bagi jin sama saja maknanya dengan malam pengantin bagi manusia. Jin laki-laki berdua-duaan dengan jin perempuan. Pengantin perempuan menyerahkan keperawanannya sebagai bukti atas kegadisannya. ‘Kehormatan’ bagi kalangan jin tak kalah pentingnya dibanding di kalangan manusia, bahkan mungkin lebih penting, sekalipun tetap saja ada jin pelacur.”
Muhammad Isa Daud bertanya kepada Jin tersebut.
+ “Berapa usia kawin di kalangan kalian?” tanya saya.
Maka jin muslim itu menjawab :
– “Biasanya beberapa saat sesudah baligh. Tetapi lazimnya, di Dunia Jin, usia perkawinan berkisar antara 170 atau 180 hingga 200 sampai 250 tahun, yang dipandang sebagai usia perkawinan yang paling baik. Sedangkan usia sesudah itu, dianggap masuk usia 40 tahun di kalangan kalian. Di usia-usia itulah perkawinan dimulai.”
+ “Apakah hamil dan melahirkan juga disertai rasa sakit?”
– “Tentu saja. Hamil dan kelahiran adalah penciptaan di dalam penciptaan. Bahkan kesulitan kehamilan di kalangan jin jauh lebih berat ketimbang yang dialami manusia.”
+ “Kok, bisa begitu?”
– “Karena masa kehamilan jin tidak berkisar antara enam sampai sembilan bulan seperti yang berlaku di kalangan kalian. Tetapi lima belas bulan, dimulai dengan masa berhenti haidh yang disertai dengan rasa sakit, khususnya karena rahim jin kadang-kadang berisi tujuh sampai sembilan janin. Malahan bisa juga terjadi kembar dua belas.”
+ “Apakah wanita-wanita kalian juga menyusui?”
– “Tentu saja. Pokoknya, tidak berbeda dengan kaum wanita di kalangan manusia. Perbedaannya terletak pada usia penyusuan yang bisa-bisa menghabiskan seluruh usia seorang manusia. Bayi jin untuk waktu yang cukup lama tergolek tanpa bergerak dan bersuara. la banyak tidur.”
+ “Sesudah itu?”
– “la tumbuh menjadi besar dan mulai belajar. Mungkin masuk sekolah atau perguruan-perguruan tinggi, persis seperti kalian. Akan tetapi dengan sarana yang lebih canggih dan bermacam-macam, sesuai dengan kehidupan dan kondisi para Jin. Ada yang masuk Fakultas Kedokteran, Teknik, Sastra dan Jurnalistik. Persis seperti kalian. Cuma, ya, yang sesuai dengan kehidupan kami.”
Perkawinan Antara Jin dan Manusia
+ “Bagaimana pendapatmu mengenai cerita tentang kemungkinan perkawinan antara manusia dengan jin?”
– “Tidak mungkin,”Jawabnya tegas,”Sebab makhluknya berbeda. Manusia dan jin memiliki watak yang berbeda. Kalau tidak, mengapa Allah SWT berfirman : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia telah menjadikan bagimu pasangan-pasangan dari jenismu, agar supaya kamu tenang bersamanya, dan Dia menjadikan di antaramu cinta dan kasih sayang”. (QS. Ar-Rum: 21).
Ayat yang mulia ini berlaku untuk jin dan manusia. Manusia berkumpul dan tinggal bersama-sama sesama manusia, dan jin dengan sesama jin.”
+ “Tetapi banyak peristiwa yang mendukung terjadinya perkawinan, antara jin dengan manusia, sampai-sampai disebut-sebut bahwa Bilqis adalah makhluk yang lahir dari perkawinan silang manusia dan jin.
“Percayalah, bahwa perkawinan antara jin dan manusia itu tidak akan terjadi, kecuali dalam satu kondisi. Yakni, ketika jin menampakkan diri dalam bentuk manusia. Tetapi, yang demikian itu sangat jarang terjadi, atau merupakan pengecualian yang hanya semacam dongeng. Pengecualian, tentu saja, tidak bisa dikenai hukum. Saya tegaskan kepadamu bahwa kalaupun ada perkawinan yang menyim-pang seperti itu, pasti tidak akan dapat menimbulkan kehamilan, baik yang laki-lakinya jin atau sebaliknya. “
+ “Bagaimana bisa begitu?” tanya saya.
– “‘Sebab, sperma jin tidak sama dengan sperma manusia. Rahim jin juga bukan seperti rahim manusia. Sedangkan semuanya itu merupakan persyaratan bagi terjadinya kehamilan.”
+ “Kalau begitu, cerita yang mengatakan bahwa ibunda Bilqis itu jin adalah bohong belaka?”
− “Pasti bohong. Nuthfah manusia yang masuk ke rahim jin pasti akan berubah sepenuhnya. Demikian pula sebaliknya. Kalau tidak begitu, bagaimana mungkin jin bisa melahirkan jin yang tidak terlihat, dan manusia melahirkan manusia yang bisa dilihat? Masing-masing punya karakter sendiri-sendiri. Yang satu ciptaan Allah, dan yang lainnya pun ciptaan-Nya pula.”
Bagaimana Jin atau Setan Menzinai Manusia
+ “Bagaimana pendapatmu tentang sabda Nabi saw. yang mengatakan, ‘Apabila seseorang mencampuri isterinya tanpa menyebut nama Allah, maka jin akan bergabung dengannya dan melakukan persenggamaan bersamanya?”
– “Itu benar. la merupakan peringatan bagi setiap Muslim agar melindungi diri dari keterlibatan setan atau jin dengan cara membaca nama Allah SWT ketika melakukan persebadanan. Sungguh baik jika dia mengucapkan doa:
بِسْمِ اللهِ اَللّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
“Dengan nama Allah, Ya Allah Jauhkanlah kami dari campur tangan syaitan dan jauhkanlah syaitan terhadap apa-apa yang Engkau berikan kepada kami”
Sebab, kalau tidak membaca doa tersebut, kemungkinan ada setan atau jin perusak yang hadir saat itu, dan kemudian ikut melakukan persebadanan. Bahkan, bisa pula dia mengeluarkan maninya bersama mani laki-laki sehingga laki-laki tersebut, sehingga rusaklah ia. Malahan tidak jarang pula terdapat wanita-wanita yang lalai berzikir kepada Allah dan tidak pula bertakwa. Lalu setan atau jin jahat menampakkan diri dalam wujud suaminya, kemudian menggaulinya dan meninggalkan maninya dalam kelamin wanita itu. Yang demikian itu bisa terjadi di setiap persebadanan yang dilakukan seorang laki-laki terhadap isterinya.”
+ “Lalu, dari hubungan itu lahir seorang anak?”
– “Tidak, tidak,” jawabnya, “Akan tetapi jika mani jin itu cukup banyak, maka la bisa merusak mani laki-laki itu. Akibatnya, terjadi keguguran. Dengan anugerah Allah, minggu yang lalu, ada jin laki-laki yang menceritakan kepadaku bahwa dialah yang menyebabkan rusaknya kehamilan seorang perempuan sebanyak empat kali.”
Mukhannats Adalah Anak Jin atau Setan
+ “Bagaimana pendapatmu tentang ucapan Ibn ‘Abbas yang berbunyi, ‘Apabila seorang laki-laki mencampuri isterinya ketika sedang haid, maka setan mendahuluinya. Ketika dia hamil dan melahirkan, maka yang lahir adalah al-mukhannats, yaitu anak-anak jin.”
Jawaban jin sahabat saya itu sungguh mengejutkan, “Ya, memang benar. Mencampuri wanita haid kadang-kadang bisa melahirkan mukhannats. Nuthfah-nya rusak, bahkan bisa membuat laki-laki dan perempuan itu menderita penyakit.”
+ “Lho, bagaimana mungkin hubungan seperti itu bisa melahirkan anak dari campuran sperma jin dan manusia?”
— “Itu sudah kehendak Allah. Aku tidak bisa menafsirkan lebih jauh daripada itu. Cukuplah kiranya bila di sini kukatakan kepadamu bahwa Allah SWT melarang kita untuk mencampuri isteri-isteri kita yang sedang haid. Barangsiapa melakukan itu, dialah yang bertanggung jawab terhadap akibatnya, dan lebih dari itu dia pulalah yang akan menerima akibatnya jika dari hubungan tersebut lahir mukhannats. Rasanya, itu adalah balasan yang setimpal belaka.”
Demikianlah dialog Muhammad Isa yang telah mewawancarai salah seorang dari bangsa jin mengenai bagaimanakah sesungguhnya bangsa jin melakukan pernikahan. Tentunya dengan dialog kecil semacam ini semoga dapat memberikan kita hikmah pelajaran yang dapat dipetik. Sesungguhnya jin pada dasaranya adalah makhluk yang sama seperti kita dalam hal menjalankan kewajiban melaksanakah perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Sepertimana Allah SWT berfirman :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepadaku” (Q.S adz-Dzaariyaat ayat 56)
Semoga penjelasan ini bermanfaat, Wallahu A’lam.