Dua Pulau di Sumatera Selatan Tenggelam, 4 lainnya Terancam Menyusul
Abadikini.com, JAKARTA – Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) mengklaim dua pulau kecil di Sumatera Selatan (Sumsel) telah tenggelam diikuti empat lainnya yang terancam menyusul.
Hal ini dipicu oleh pemanasan global hingga mengakibatkan perubahan iklim ekstrem.
Dua pulau yang sudah lenyap tersebut yakni Pulau Betet dan Pulau Gundul yang secara administratif terletak di Kabupaten Banyuasin.
Masing-masing diperkirakan tenggelam satu meter dan tiga meter di bawah permukaan laut.
“Pulau-pulau ini tidak berpenghuni. Salah satunya Pulau Betet yang menjadi bagian dari Taman Nasional Berbak-Sembilang,” kata Direktur Eksekutif Walhi Sumsel Hairul Sobri, seperti dilansir dari The Star, Selasa (21/1/2020).
“Empat pulau lainnya dengan ketinggian empat meter di atas permukaan laut terancam menyusul lenyap jika tidak dilakukan upaya signifikan dari pemerintah untuk mengatasi persoalan pemanasan global,” lanjutnya.
Keempatnya yakni Pulau Burung yang sekarang ketinggiannya hampir sama dengan permukaan laut, Pulau Kalong dan Pulau Salah Namo yang memiliki ketinggian dua meter dan Pulau Kramat yang berada tiga meter di atas permukaan laut.
Menurut data Walhi, ada 23 pulau kecil yang terletak di lepas pantai timur Banyuasin, Sumsel. Pulau Salah Namo menjadi satu diantaranya memiliki penghuni.
Perubahan iklim yang menjadi ekstrem akibat pemanasan global, nyatanya mengancam negara-negara kepulauan seperti Indonesia, di mana jutaan penduduknya tinggal di area pantai tersebar di sekitar 17.000 pulau.
Terutama di Sumatera Selatan, tempat eksploitasi pertambangan batu bara, minyak dan gas alam dalam entitas besar, sehingga berperan pada peningkatan emisi gas rumah kaca.
“Faktor lain yang menyebabkan tenggelamnya pulau termasuk ketergantungan pada pupuk kimia di sektor pertanian. Akibatnya, terjadi penurunan tanah dan kerusakan cekungan drainase serta ekstraksi air tanah yang berlebihan untuk industri,” jelas Hairul.
Meski Sumsel memiliki 1,2 juta hektar lahan gambut yang berfungsi menyerap karbon alami dan karbondioksida dari atmosfer, kegiatan pembangunan, konversi lahan dan kebakaran hutan telah menyebabkan lahan gambut rusak.
Terbukti berdasarkan catatan Badan Mitigasi Bencana(BPBD) Sumsel, ada sekira 361.889 ha area yang rusak akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada 2019. Sedangkan 60 persen dari jumlah tersebut merupakan ekosistem gambut.